Wuzzz! Ada Angin & Fiksi Saat Prabowo & Anies Debat Polusi
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto mempertanyakan kebijakan Anies Baswedan soal pengurangan polusi, mengingat DKI Jakarta sempat menjadi kota yang menempati posisi paling berpolusi di dunia padahal memiliki anggaran puluhan triliun.
“Mas Anies pernah jadi https://huatkas138.shop/ Gubernur 5 tahun di DKI, anggaran DKI setahun sekitar Rp 80 triliun, jumlah penduduk DKI 10 juta.. tetapi selama Mas Anies memimpin sering kali DKI menerima indeks polusi tertinggi di dunia, bagaimana dengan anggaran Rp 80 triliun Pak Anies sebagai Gubernur tidak dapat berbuat sesuatu yang berarti untuk mengurangi polusi?” cecar Prabowo ke Anies.
Kualitas udara di Jakarta tercatat memang pernah menjadi yang terburuk di dunia pada era Anies Baswedan yakni 20 Juni 2022. Pada waktu itu, Catatan IQ Air menunjukkan AQI US Jakarta berada di angka 196, yakni kategori kualitas udara tidak sehat. Disusul Santiago, Cile, dengan AQI US 180; dan Dubai, Uni Emirat Arab, dengan AQI US 161.
Sebagai informasi, kualitas udara yang baik berkisar dari 0 hingga 50, kualitas udara sedang berada di rentang 51 – 100, kemudian lebih dari 101 – 150 sudah dinilai tidak sehat untuk kelompok sensitif tertentu. Kualitas udara tidak sehat berada di rentang 151 – 200, lebih dari 201 hingga 300 ke atas sudah dianggap sangat tidak sehat bahkan berbahaya bagi kesehatan.
Beralih kembali pada debat, menjawab pertanyaan dari Prabowo perihal polusi, Calon Presiden No. Urut 1 Anies Baswedan kembali membeberkan penyebab munculnya polusi udara di ibu kota DKI Jakarta.
Dia mengatakan, sumber polusi di ibu kota justru berasal dari luar kota, khususnya lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara yang menyebabkan udara kotor bergeser ke tengah kota akibat gerakan angin.
“Jadi apa yang terjadi, kami di Jakarta pasang alat pantau polusi udara, bila sumber dari Jakarta, maka hari ini, besok, minggu depan akan konsisten kotor. Tapi yang terjadi, ada saat bersih, ada saat kotor. Ada masa minggu pagi Jagakarsa kotor, polusi udara gak ada KTP, angin gak ada KTP. Angin sana ke sini ketika polutan PLTU ke Jakarta ada indikator polusi udara, ketika ke Lampung, ke Sumatera ke Laut Jawa yang gak ada monitor, maka Jakarta bersih,” tuturnya menjawab “serangan” Prabowo, dalam ajang perdana Debat Capres 2024 di halaman kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Selain Anies, beberapa orang menuding PLTU berbasis batubara sebagai penyebab buruknya kualitas udara di kota Jakarta dan sekitarnya. Akan tetapi, fakta berkata lain, penyebab utama polusi udara di ibu kota berasal dari kendaraan bermotor.
Mengutip paparan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, terkait peningkatan kualitas udara Jabodetabek, yang disampaikan pada Rapat Terbatas Kabinet di Istana Negara, Jakarta Senin (14/8/2023), sektor transportasi merupakan pengguna bahan bakar paling besar di Jakarta.
Data itu menunjukkan, sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta, diikuti industri energi 31%, lalu manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%.
Dari sisi penghasil emisi karbon monoksida (CO) terbesar, disebutkan disumbang dari sektor transportasi sebesar 96,36% atau 28.317 ton per tahun, disusul pembangkit listrik 1,76% atau sebesar 5.252 ton per tahun dan industri 1,25% mencapai 3.738 ton per tahun.
Sepeda motor merupakan menghasilkan beban pencemaran per penumpang paling tinggi dibanding mobil pribadi bensin, mobil pribadi solar, mobil penumpang, dan bus. Dengan populasi mencapai 78% dari total kendaraan bermotor di DKI Jakarta sebanyak 24,5 juta kendaraan, dengan pertumbuhan 1.046.837 sepeda motor per tahun.
Namun dari sisi penghasil emisi Sulfur Dioksida (SO2), sektor industri manufaktur menjadi kontributor utama penghasil emisi SO2 yakni sebesar 2.631 ton per tahun atau sebesar 61,9%. Sedangkan posisi kedua penghasil emisi SO2 terbesar ditempati industri energi yaitu 1.071 ton per tahun atau sebesar 25,17%. Sedangkan kendaraan bermotor hanya 11% sebesar 493 ton per tahun.
“Penyebab utama tingginya emisi Sulfur Dioksida di Industri Manufaktur disebabkan penggunaan batu bara yang menghasilkan emisi SO2 sebesar 64%,” tulis laporan itu.
Laporan tersebut akhirnya menepis kabar bahwa dugaan polusi udara karena PLTU di Suralaya yang berdiri di Cilegon, Provinsi Banten, karena pergerakan angin yang sebenarnya tidak selalu mengarah ke Jakarta.
Karena masalah polusi di kota Jakarta ini disumbang transportasi, Anies juga menyatakan beberapa solusi mulai dari pengendalian uji emisi kendaraan hingga elektrifikasi dan konversi kendaraan umum.
“Kalau problem dalam kota, maka konsisten tiap waktu kita punya masalah polusi, kita lakukan pengendalian dari uji emisi yang sekarang wajib, yang kedua elektrifikasi kendaraan umum, ketiga konversi kendaraan umum. Jadi itu kita kerjakan sekarang untuk tangani polusi udara Jakarta,” ungkap Anies.
Prabowo sejatinya tidak menerima jawaban tersebut. Menurutnya tidak bisa hanya menyalahkan angin dalam persoalan polusi, sebab harusnya pemerintah daerah mengambil langkah mitigasi.
“Ya susah kalau kita menyalahkan angin dari mana saja,” ujar Prabowo.
Atas tanggapan tersebut Anies kemudian menyebut Prabowo fiksi. “Inilah bedanya yang bicara pakai data dan fiksi, saya pakai data,” kata Anies membalas.